MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
MODUL
PRINSIP DAN MASALAH
PENANGANAN DRAINASE JALAN
BERKELANJUTAN
Setelah:
I. Saktyanu P, sr.ing
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
1. KONSEP PENDEKATAN PEMBANGUNAN SISTEM DRAINASE.................................. .... .... .......... ............... 3
1.1. Dasar................................................. ............................................................... . ... .......................3
1.2. Konsep drainase ramah lingkungan .............................................. ............. ...................................3
1.3. KETENTUAN................................................... .............. .. .. ................................ .................. .. .. ..........14
1.3.1. Secara umum................................................ .. .... ............................................... ............. .. .. ................................... ..14
1.3.2. secara teknis ............................................. .... .................................................. ... . ........................................15
1.3.2.1. Data dan informasi ............................................................... ..... . ............................................................... ................ .. .. ... 15
1.3.2.3. Kriteria perencanaan hidrologi .............................................. ... . ... ... .. ............................................... ............. .... ..16
1.3.2.4. Kriteria perencanaan hidrolik ............................................................... ................. .... .. ........................... ........................ 19
1.4. Bagaimana bekerja............................................... . ... ..... ............................................... ................ .. .... ... ......................... 30
1.4.1. Daftar kondisi awal sistem drainase................................... .... ... . .... ...........................30
1.4.2. Evaluasi dan analisis drainase dan konservasi air ... ...... ...................... 31
1.4.3. Akses ke pelaksanaan sistem drainase .............................................. ...... . .. ............32
1.4.4. Rencana sistem drainase, termasuk diagram jaringan drainase ............ 32
1.4.5. Skala prioritas dan fase pengobatan .............................. . ...................................33
1.4.6. Perencanaan dasar ............................................... ..................... .. ..... ...................... ......................... .. .. .. ..........34
1.4.7. Pembiayaan................................................. .. ................................................. ................ . ...................................34
1.4.8. Institusional .................................................... ....... ............................................... .. .... .............35
1.4.9. Memberdayakan masyarakat ............................................................... ........................ ............................ ......................... .... 36
2. PROSEDUR PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN SISTEM DRAINASE .................................. .. . . ....... 43
2.1. KETENTUAN................................................... .............. .. .. ................................ ............... .... .. .. ............43
2.1.1. Secara umum................................................ .. .... ............................................... ............. .. .. ................................... ..43
2.1.2. Secara teknis ............................................. .. .. .............................................. ..... ..............................................44
2.1.3. BAGAIMANA BEKERJA............................................... . ... .............................................. ..... .. ..... ........48
3. PROSEDUR PERSIAPAN PROYEK TEKNIK RINCI SISTEM DRAINASE .................................. .. ... 56
3.1. KETENTUAN................................................... .............. .. .. ................................ .................. .... .. .. ..........56
3.1.1. Secara umum................................................ .. .... ............................................... ............ .. .. ................................... ..56
3.2. Secara teknis ............................................. .. .. .............................................. ..... ....................................56
4. TATA CARA PERENCANAAN KOLAM RETENSI, KOLAM RETENSI DAN SISTEM RETENSI .................. 90
4.1. KETENTUAN................................................... .............. .. .. ................................ ............... .. .. ..........90
4.2. Secara teknis ............................................. .. .. .............................................. ..... ..............................................90
4.1. DESAIN TEKNIS KOLAM RETENSI, KOLAM RETENSI DAN SISTEM POLDER................................. 94
DAFTAR ISI
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
1. KONSEP PENDEKATAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE
1.1. DASAR
Pertumbuhan penduduk yang cepat dan kepadatan penduduk memberikan tekanan
ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, ruang dan fasilitas industri/jasa
kaki bukit, yang pada gilirannya mengubah lahan terbuka dan/atau lahan basah menjadi
bangun. Pesatnya pembangunan kawasan terbangun seringkali tidak terkendali dan
tidak lagi sejalan dengan perencanaan wilayah atau dengan konsep pembangunan berkelanjutan,
menghasilkan banyak daerah dataran yang dulunya berfungsi sebagai kota
akumulasi sementara air (kolam retensi) dan bantaran sungai berubah menjadi tempat
tempat tinggal penduduk.
Hal tersebut di atas berdampak pada rendahnya daya tampung dan daya tampung drainase
instalasi dan infrastruktur penahan banjir (sungai, waduk, pompa anti banjir, bendungan
regulator) untuk mengeringkan area draper dan mengalirkan air ke saluran pembuangan
ujungnya mengarah ke laut.
Hal-hal tersebut di atas memerlukan pengelolaan yang lebih baik, antara lain:
bagaimana merencanakan sistem drainase berkelanjutan terdiri dari
penyusunan Master Plan, Studi Kelayakan dan Rencana Detil (Executive Technical Projects).
Untuk itu diperlukan panduan dalam penyusunan Master Plan Sistem Drainase Yang.
Sahabat lingkungan.
1.2. KONSEP DRAINASE ASPEK EKOLOGI
1) saluran pembuangan
Konsep drainase yang digunakan di Indonesia (paradigma lama) adalah sistem drainase
mengalihkan kelebihan air (terutama air hujan) ke badan air terdekat. kelebihan air
langsung dialirkan ke saluran drainase, lalu ke sungai dan terakhir ke laut, sehingga
tidak menyebabkan banjir atau kebanjiran. Masyarakat masih mempraktekkan konsep penataan ini
sampai sekarang. Pada setiap proyek drainase diusahakan pembuatan alur-alur saluran
debit dari lokasi banjir menuju sungai dengan kemiringan yang cukup untuk pembuangan
pudel air sesegera mungkin. Drainase jenis ini adalah drainase
lahir sebelum mengembangkan cara berpikir yang komprehensif, dimana masalah banjir, banjir,
Kekeringan dan kerusakan lingkungan masih dianggap sebagai masalah lokal dan sektoral
juga dapat ditangani secara lokal dan sektoral, terlepas dari keadaan sumber daya air dan
lingkungan di hulu, tengah dan hilir secara komprehensif.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
2) Drainase yang ramah lingkungan
Dengan pengembangan pemikiran yang komprehensif dan dipandu oleh semangat antisipasi
Perubahan iklim saat ini sedang terjadi, maka perlu dilakukan perubahan konsep drainase yang sesuai
eko-drainase atau eko-drainase (paradigma baru).
Gambar 1. Siklus hidrologi di cekungan
Drainase ramah lingkungan diartikan sebagai upaya pengelolaan kelebihan air (air
hujan) dengan berbagai metode, termasuk mengumpulkan air melalui tangki air
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari siklus hidrologi tentang sesuatu
Distrik aliran sungai?
Hujan yang jatuh ke tanah akan ditangkap oleh hutan, pepohonan,
rumput dan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan.
Kemudian air akan meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah.
sungai akan terisi air tanah. Air yang berubah menjadi air
sungai akan bermuara ke laut, tetapi sungai memperlambat pergerakan air
berkelok-kelok sungai, sehingga tanah di sekitarnya terisi
kembali dengan air tanah. Demikian juga, ada kemungkinan air akan menguap dan
akan mengalami pendinginan, kemudian menjadi hujan. Siklus inilah yang kita miliki
pertahankan, jadi meskipun kami terus membangun kota, cobalah untuk menyiraminya
bumi tidak berkurang.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
langsung dapat digunakan, terletak di waduk buatan atau badan air alami,
perkolasi dan drainase ke sungai terdekat tanpa menambah beban sungai
tertarik dan selalu memelihara sistem agar efisien
berkelanjutan. Dengan konsep drainase ekologis, banyak hal tercapai
sebagai berikut:
a) Kelebihan air hujan tidak segera dibuang ke sungai terdekat. tapi air hujan
mereka dapat disimpan di lokasi yang berbeda di masing-masing wilayah dengan jangkauan yang luas
cara, sehingga dapat digunakan langsung atau digunakan pada musim berikutnya,
b) dapat digunakan untuk mengisi ulang/menghemat air tanah, dapat digunakan untuk menambah
kualitas ekosistem dan lingkungan serta dapat digunakan sebagai sarana pereduksi
banjir dan banjir. Dengan drainase yang ramah lingkungan, hal itu dimungkinkan
banjir/genangan di masing-masing lokasi, banjir di hilir dan kekeringan di hulu
berkurang.
Hal ini karena sebagian besar kelebihan air hujan tertahan oleh peresapan atau hulu,
tengah atau hilir. Selain itu, longsor di bagian hulu akan berkurang akibat fluktuasi
Kelembaban tanah tidak ekstrim dan perubahan iklim terjadi di daerah antara dan hulu
beberapa daerah hilir tidak tampak dengan ketersediaan air yang cukup, kelembaban tanah yang cukup
maka flora dan fauna di kawasan itu akan tumbuh lebih baik. Ini dapat mengurangi
perubahan iklim mikro dan makro di daerah masing-masing.
3) Drainase yang dapat diterima lingkungan dan perubahan iklim
Konsep drainase ekologis adalah konsep yang sangat maju
diperlukan dan terkait erat dengan perubahan iklim. Perubahan iklim ditandai
kenaikan permukaan laut, kenaikan suhu udara, perubahan durasi dan intensitas curah hujan,
perubahan arah angin dan perubahan kelembaban udara. Dampak perubahan iklim dapat
disediakan oleh pengembangan drainase ekologis. Jadi saya mengerti
disimpulkan bahwa reformasi drainase yang diperlukan adalah membalikkan cara berpikir
masyarakat dan pembuat keputusan serta akademisi, apa yang dilakukan masyarakat,
pemerintah, termasuk akademisi, telah mengembangkan pengelolaan drainase dengan tepat
benar-benar merusak, yaitu: meningkatnya banjir di hilir, kekeringan di hulu dan tengah
dan menurunkan tabel air, serta efek samping lainnya. Halini akan berada di akhir
peningkatan perubahan iklim global.
Oleh karena itu perlu dipertahankan drainase yang ramah lingkungan yaitu drainase
pengelolaan kelebihan air (air hujan), menangkapnya untuk digunakan sebagai sumber air
mereka membersihkan, menjaga kelembaban tanah dan meningkatkan kualitas ekologis, menyerap ke dalam tanah
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
untuk menambah cadangan air tanah, mengalihkan atau mengalihkan untuk mencegah banjir
dan dipelihara agar efektif secara berkelanjutan.
Konsep drainase konvensional (paradigma lama) merupakan upaya untuk membuang atau mengalirkan air
surplus secepat mungkin ke sungai terdekat. Dalam konsep drainase konvensional, semua air hujan
yang jatuh di suatu daerah, harus segera dibuang ke sungai dan seterusnya ke laut. Sebuah pukulan
istilah ini adalah kekeringan yang terjadi di mana-mana, banjir dan juga tanah longsor. penyerang
Berikutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro, serta tanah longsor.
di berbagai tempat yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah pada musim kemarau dan
musim hujan yang sangat tinggi. Konsep baru drainase, yang disebut (paradigma baru).
drainase ekologis atau drainase ekologis atau drainase ekologis
sekarang menjadi konsep arus utama dalam komunitas internasional dan sedang diterapkan
pemahaman baru tentang konsep eko-hidraulik di bidang drainase.
Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya untuk mengatur kelebihan air
menyerap air sebanyak mungkin ke dalam tanah secara alami atau mengalirkan air ke
sungai dengan tidak melebihi kapasitas sungai terlebih dahulu. dalam drainase ramah
lingkungan, kelebihan air pada musim hujan harus dikelola sedemikian rupa agar tidak terjadi
berlari ke sungai. Tapi dia mencoba menembus bumi untuk mengangkat dirinya sendiri
Kandungan air tanah untuk cadangan musim kemarau. Konsep ini mutlak di daerah ini
iklim tropis dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrim seperti di Indonesia.
Ada beberapa metode drainase ramah lingkungan yang dapat digunakan di Indonesia, antara lain
adalah metode danau konservasi, metode rembesan, metode polder sungai dan
pengembangan zona perlindungan air tanah. deskripsi adalah
sebagai berikut:
1) Metode pengawetan tambak dilakukan dengan membuat tambak baik di perkotaan,
pemukiman, pertanian atau perkebunan. Kolam kaleng ini dibuat untuk menampung air
pertama hujan, diserap, dan sisanya perlahan bisa mengalir ke sungai
Bumi. Kolam konservasi dapat dibuat menggunakan area topografi
di bawah, permukaan pasir atau bahan galian lainnya yang sebelumnya digali, atau dibuat tambahan
menggali area atau bagian tertentu.
Cekungan resapan adalah cekungan untuk difusi air hujan ke dalam tanah, fungsinya sama
seperti lubang pembuangan.
A. Persyaratan cekungan resapan adalah sebagai berikut:
• Kolam resapan air hujan dibangun di atas lahan yang cukup luas;
• Bak resapan direncanakan untuk melayani beberapa rumah misalnya per blok
atau per RT atau wilayah yang lebih luas;
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
• Bak resapan harus dibuat pada tempat yang paling rendah diantara permukaan itu
itu juga bekerja di daerah dengan permukaan air yang dangkal (<5 m);
• Pembuatan sumur resapan dapat dipadukan dengan lansekap dan hutan kota
Gambar 2 menunjukkan salah satu cekungan dari sumur resapan.
Gambar 2 menunjukkan salah satu cekungan dari sumur resapan.
2) Metode sumur rembesan merupakan metode praktis pembuatan sumur
untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap bangunan atau pemukiman tertentu. Bagus
Infiltrasi ini juga dapat berkembang di kawasan olahraga dan wisata. Konstruksi dan
Kedalaman lubang resapan disesuaikan dengan kondisi tanah setempat. Ini harus diperhatikan
bahwa sumur resapan ini diperuntukan hanya untuk menampung air hujan, sehingga masyarakat harus
mendapatkan pemahaman rinci bahwa air limbah domestik tidak termasuk dalam
baik untuk penyerapan.
Spesifikasi standar konstruksi sumur resapan air hujan patio
tertuang dalam SK SNI S-14-1990-F dalam spesifikasi standar sumur resapan air hujan
Ke taman.
Menurut SNI, yang dimaksud dengan sumur resapan air hujan adalah instalasi untuk
mengumpulkan air hujan dan meninggalkannya di tanah.
A. Persyaratan teknis sumur resapan air hujan menurut SNI adalah sebagai berikut:
• Bentuk dan ukuran lubang resapan:
Sumur resapan air hujan berbentuk persegi panjang atau lingkaran, dengan ukuran sisi minimal
bagian atau diameternya 0,80 m; ukuran bagian terbesar atau
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
diameternya 1,40 m; ukuran pipa saluran masuk dengan diameter 110 mm; ukuran pipa luapan
diameter 110mm; kedalaman maksimum 3,00 m.
• Bahan konstruksi yang digunakan untuk lubang rembesan air hujan antara lain: semen,
pasir, kerikil atau split, batu sungai dan batu bata.
• Jenis pelaksanaan sumur resapan, meliputi: sumur bulat dan sumur bulat
bentuk kotak.
B. Persyaratan umum untuk lubang rembesan meliputi:
• Sumur resapan air hujan terletak di medan yang relatif datar;
• air hujan yang masuk ke lubang resapan adalah air hujan yang tidak tercemar;
• Peruntukan sumur resapan air hujan harus memperhatikan keamanan bangunan
lingkungan;
• Anda harus memperhatikan peraturan setempat. Gambar 32 menunjukkan
jenis sumur resapan.
Gambar 3. Sumur resapan
3) Metode polder tepi sungai adalah metode penahan aliran air melalui pengelolaan/retensi air
kelebihan (curah hujan) di tepi sungai. Pembuatan polder di tepian sungai ini
Hal ini dicapai melalui pelebaran bantaran sungai secara selektif di berbagai tempat.
di tepi sungai. Lokasi polder harus terletak sejauh mungkin dari polder yang dikembangkan
dekat dengan kondisi alam, dalam artian bukan polder dengan teknis pintu air hidrolik dan
tanggul cincin hidrolik yang mahal. Ketika permukaan air naik (banjir), sebagian dari air
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
akan mengalir ke polder dan keluar jika banjir reda, sehingga banjir dapat terjadi di hilir
konservasi air juga berkurang.
A. Jenis pengunci untuk kolam retensi di samping badan sungai atau saluran drainase
Gambar 4. Batasan embung di sepanjang badan sungai
Ketika ketinggian air melebihi kondisi normal, pintu masuk dibuka sehingga air dari sungai atau
saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi;
(1) Ketika permukaan air sungai turun, air yang terperangkap dilepaskan melalui pintu air.
output, adalah penciptaan ruang untuk akomodasi kelebihan debit
Mengikuti.
(2) Pintu ini hanya boleh dibuka untuk pembuangan air guna pemeliharaan kesehatan
Lingkungan.
Jenis kolam retensi pintu air di dalam badan sungai atau saluran drainase
Gambar 5. Kunci kolam retensi di badan sungai
Ketika level air melebihi level normal, pintu outlet tertutup;
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
Itu. Saat ketinggian air di hilir pintu gerbang kembali normal, pintu gerbang akan terbuka.
palka terbuka, hal ini untuk menciptakan ruang untuk menampung bongkar muat
kelebihan berikutnya;
B. Pada musim kemarau, pintu pembuangan ditutup agar masih ada air di kolam retensi.
Kadang-kadang terbuka untuk kegiatan pemeliharaan.
B. Sistem Polder Pintu Air dengan pompa dan kolam di samping saluran drainase
Gambar 6. Katup sistem polder dengan pompa dan mangkuk di samping saluran pembuangan
(1) Bila tinggi muka air di badan air penerima melebihi tinggi muka air di saluran utama
sistem polder, port kontrol dan port output ditutup. Dan pintu depan terbuka,
agar air dari saluran pembuangan masuk ke retensi/tandon. Pada saat elevasi
ketika level air di kolam mencapai level tertentu, pompa mulai mengurasnya
air dari waduk/waduk ke sungai/badan penerima.
(2) Bila muka air di badan air penerima lebih rendah daripada muka air di bak penampung,
kemudian pintu keluar dan pintu kontrol dibuka.
(3) Apabila saluran drainase tergenang air dan sungai dalam keadaan normal (no
overflow), maka semua port kontrol dibuka, sedangkan port input dan output
Tertutup. Langkah ini dilakukan agar air dari saluran drainase bisa mengalir ke sungai.
gravitasi;
(4) Pada musim kemarau, pintu pembuangan ditutup agar masih ada air di dalam kolam retensi. Secara berkala
terbuka untuk kegiatan pemeliharaan.
Polder Sistem bendungan dengan pompa dan kolam di badan saluran drainase.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
Gambar 7. Katup sistem polder dengan pompa dan genangan di badan saluran pembuangan
(1) Selama banjir sungai, pintu pembuangan ditutup. Jika hujan di saluran drainase
pompa berfungsi untuk mengalirkan air dari bak/waduk ke sungai;
(2) Pada saat banjir di sungai berkurang, pintu-pintu pembuangan dibuka sehingga air di tampung
dapat mengalir ke sungai secara gravitasi. Pada musim kemarau, pintu keluar ditutup.
sehingga masih ada air di bak penampung. Kadang-kadang terbuka untuk kegiatan pemeliharaan.
C. Metode kawasan perlindungan air tanah dilaksanakan dengan menentukan luasan
perlindungan air tanah, di mana tidak ada bangunan yang dapat dibangun di daerah itu
apapun itu. Areal tersebut dimaksudkan agar air hujan dapat masuk ke dalam tanah. Tentang
beberapa daerah harus menemukan situs yang cocok secara geologis sesegera mungkin
dan ekologi sebagai area untuk restorasi dan perlindungan air tanah
sebagai bagian penting dari komponen drainase regional.
4) Pemisahan jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya
Water mengklaim bahwa jaringan drainase harus dipisahkan dari penampung air limbah agar bisa
Semua air limbah dari bak cuci, dapur, toilet, dan jamban harus dibuang ke jaringan
pengumpul air limbah. Masa transisi keadaan campuran yang terjadi pada saat itu di
sistem khusus perlu dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kondisi dan kemungkinan
daerah yang sesuai. Langkah-langkah penerapan sistem pemisahan dilakukan sesuai dengan
kebijakan dan strategi sektor air limbah.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
1.3 Definisi
Apa maksudmu:
1. Drainase adalah prasarana yang berfungsi untuk membuang kelebihan air dari kawasan yang bersangkutan.
badan penerima air.
2. Sistem drainase adalah suatu sistem yang terintegrasi antara prasarana dan sarana teknis dan nonteknis
drainase.
3. Rencana induk sistem drainase regional merupakan rencana dasar drainase yang luas
dan terfokus pada kawasan yang mencakup perencanaan jangka panjang, jangka menengah
dan dalam jangka pendek sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
4. Daerah tergenang adalah daerah yang tergenang air karena sistem drainase yang rusak.
mengganggu dan/atau membahayakan kegiatan masyarakat.
5. Saluran Drainase (DPSal) adalah daerah yang mengalirkan air hujan ke dalam saluran
dan/atau badan air penerima lainnya.
6. Periode ulang adalah waktu hipotetik ketika peluang terjadinya kilat atau hujan adalah s
jumlah tertentu akan disamai atau dilampaui satu kali dalam jangka waktu tersebut.
7. Aliran anggaran banjir merupakan aliran sistem drainase terbesar berdasarkan waktu
pengulangan tertentu yang digunakan dalam perencanaan.
8. Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan sekunder
menyalurkannya ke badan air penerima.
9. Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan sekunder
menyalurkannya ke saluran utama.
10. Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran resapan dan
menyalurkannya ke saluran sekunder.
11. Kolam renang adalah sarana drainase yang digunakan untuk penampungan air sementara.
hujan di suatu daerah.
12. Bangunan pelengkap adalah bangunan air yang melengkapi sistem drainase berupa gorong-gorong.
lubang got, ruang pertemuan, air terjun, sifon, talang, pipa air/pasokan jalan, pompa
gerbang air uni eropa
13. Kajian terkait adalah kajian lain yang berkaitan dengan kegiatan kajian drainase antara lain: RUTRW,
studi limbah padat, studi limbah dan studi transportasi.
14. Penjaga Ketinggian adalah daerah pengaman berupa ketinggian yang diukur dari permukaan air
maksimum ke permukaan kemiringan saluran dan/atau permukaan tanah (di saluran tanpa
menganugerahkan).
15. Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan untuk jatuhnya air hujan terbesar sampai
permukaan tanah di daerah tangkapan untuk saluran terdekat (ke) terpanjang
mengalir ke suatu titik di saluran drainase yang sedang diperiksa (td).
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
16. Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dibentuk oleh satuan curah hujan
efektif dengan durasi curah hujan tertentu yang spesifik untuk daerah tangkapan air
air tertentu.
17. Curah hujan efektif adalah curah hujan dikurangi infiltrasi dan penguapan.
18. Aliran seragam adalah aliran yang kedalaman airnya tidak berubah sepanjang panjangnya
kanal.
19. Aliran tidak seragam adalah aliran yang kedalaman airnya berubah
sepanjang saluran.
20. Normalisasi adalah kegiatan peningkatan saluran dan sarana drainase lainnya, termasuk
bangunan pelengkap sesuai dengan kriteria perencanaan.
21. Kota metropolitan adalah kota yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa.
22. Kota besar adalah kota yang berpenduduk antara 500.000 sampai 1.000.000 jiwa.
23. Kota berukuran sedang adalah kota yang memiliki antara 100.000 dan 500.000 penduduk.
24. Kota kecil adalah kota dengan penduduk antara 20.000 dan 100.000.
25. Sistem drainase setempat adalah saluran awal yang melayani kawasan perkotaan tertentu, seperti
kompleks, pasar, perkantoran, kawasan industri dan komersial Pengelolaan sistem drainase
itu adalah tanggung jawab komunitas, pengembang atau lembaga lain.
26. Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder, dan tersier dengan
bangunan tambahan yang melayani kepentingan mayoritas masyarakat.
See AlsoPanduan Anda untuk menggunakan dan memilih pasak dinding penahancara membuat, jenis, cara memilihFungsi kawat cacing untuk pembangunan di Lampung | Blog | EN Givro Multi Teknik PerkasaPenanganan/pengendalian banjir merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah kota.
27. Zona adalah wilayah pelayanan saluran drainase.
28. Analisis keuangan atau anggaran sendiri jika mereka adalah pemangku kepentingan langsung dari manfaat
dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini dihitung sebagai
manfaat adalah apa yang diperoleh orang atau entitas swasta yang berinvestasi di dalamnya
berinvestasi hanya dalam proyek.
29. Analisis ekonomi atau perhitungan sosial jika mereka memiliki kepentingan langsung pada manfaat i
biaya proyek ditanggung oleh pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. dalam hal ini kami
menghitung semua manfaat yang terjadi pada masyarakat sebagai akibat dari proyek dan semuanya
biaya yang digunakan untuk ini tidak tergantung pada siapa di masyarakat yang menikmati manfaat dan
yang mengorbankan sumber daya ini.
30. Harga saat ini:
• Biaya yang termasuk dampak inflasi.
• Harga aktual yang dikeluarkan untuk proyek masa lalu atau masa depan.
• Untuk perhitungan analisis keuangan dasar.
31. Harga konstan:
• Tidak mempertimbangkan dampak inflasi.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
• Untuk perhitungan analisis ekonomi dasar.
• Komponen penting drainase regional.
1.3. KETENTUAN
1.3.1. SECARA UMUM
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1) Rencana induk sistem drainase disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Itu. rencana pengelolaan sumber daya air
• Rencana induk untuk sistem drainase merupakan bagian dari rencana pengelolaan sumber daya
energi air. Perencanaan sistem drainase harus dilakukan secara terpadu
pengelolaan sumber daya air dengan tujuan menyediakan layanan yang dapat diberikannya
kegunaan optimal.
B. rencana tata ruang keseluruhan (RUTRW)
• Dengan mengarahkan perencanaan induk sistem drainase regional yang meliputi perencanaan
dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek perlu memperhatikan rencana tersebut
Rencana Umum Tata Ruang (RUTRW) dan review perencanaan dapat dilakukan
Menyesuaikan rencana umum tata ruang (RUTRW) dengan kebutuhan lahan.
w. tipologi kota/daerah
• Tipologi kota mempengaruhi banyak aspek sistem drainase, termasuk:
luas daerah tangkapan air dan jumlah air yang terjadi. Semakin besar itu
wilayah, semakin besar kegiatan ekonomi, jika daerah tersebut
kegiatan terhambat oleh adanya banjir/genangan, semakin besar
kerugian ekonomi.
D. perlindungan air
• Perencanaan sistem drainase harus memperhatikan kelestarian lingkungan
yang berkaitan dengan ketersediaan air tanah dan air permukaan. Karena itu
Upaya konservasi air diperlukan untuk menjamin ketersediaan air tanah dan air permukaan
tetap terjaga
Dia. kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan kearifan lokal
• Partisipasi masyarakat berdasarkan kearifan lokal.
2) Swakelola setempat menyediakan ruang untuk pemasangan saluran drainase dan
fasilitas drainase dan struktur pendukung.
3) Kawasan perkotaan/perumahan yang permukaan tanahnya selalu lebih rendah dari
sistem polder dapat dibangun di atas air sungai atau air laut yang naik.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
4) Pembangunan sistem drainase harus ramah lingkungan.
5) Bangunan pelengkap dibangun di atas kanal dan fasilitas drainase dengan kapasitas minimum
10% lebih besar dari kapasitas saluran dan fasilitas drainase yang direncanakan.
6) Rencana induk sistem drainase yang dapat diterima secara ekologis yang dikonfirmasi oleh instansi atau
lembaga yang berwenang.
1.3.2. SECARA TEKNIS
1.3.2.1. data dan informasi
Data dan persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1) Data spasial merupakan data dasar yang diperlukan dalam perencanaan drainase, dan sebagainya
diperoleh baik di lapangan maupun di literatur, termasuk namun tidak terbatas pada:
a) Data kartografi yang terdiri dari peta dasar (peta wilayah kerja), peta sistem dan sistem drainase
jaringan jalan yang ada, peta penggunaan lahan, peta topografi, masing-masing dengan skala menengah
1 : 5.000 sampai 1 : 25.000 atau sesuai tipologi kota.
b) Data penduduk yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan, persebaran
dan data tentang kepadatan bangunan.
c) Data rencana kota, data geoteknik, data udara terkini (untuk kota
metropolitanski).
d) Rencana Tata Ruang Wilayah (RPR).
2) Data hidrologi
a) Data curah hujan minimal sepuluh tahun terakhir.
b) Data tinggi muka air, debit sungai, efek kendur, ketinggian banjir dan data pasang surut.
3) Data sistem drainase eksisting yaitu:
a) Data kuantitatif banjir/banjir meliputi: luas banjir, durasi banjir, kedalaman
banjir rata-rata dan frekuensi banjir, bersama dengan masalah dan hasil rencana
pengendalian banjir di daerah aliran sungai utama.
b) Data kanal dan bangunan tambahan.
c) Data instalasi drainase lainnya, seperti waduk, sumur resapan, sumur resapan.
4) Data hidrolik
a) Data tentang kondisi, fungsi, jenis, geometri dan dimensi saluran dan benda bantu seperti misalnya
gorong-gorong, pompa dan bendungan air, serta waduk dan bak resapan.
b) Data arah aliran dan kapasitas infiltrasi.
5) Data teknik lainnya
Data infrastruktur dan fasilitas perkotaan yang ada dan yang direncanakan meliputi: jaringan
jalan kota, jaringan drainase, jaringan pembuangan limbah, TPS (tempat pembuangan sampah sementara),
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), jaringan telepon, jaringan listrik, jaringan air minum perpipaan,
jaringan gas (jika ada) dan jaringan utilitas lainnya.
6) Data tidak bersifat teknis
Data pendanaan, antara lain biaya OP, regulasi terkait, data kelembagaan/kelembagaan,
data sosial ekonomi dan budaya (kearifan lokal), data partisipasi masyarakat dan data negara
kesehatan lingkungan pada bangunan tempat tinggal.
1.3.2.2. PENENTUAN ALIRAN BANJIR YANG DIRENCANAKAN
Hubungan antara probabilitas atau kemungkinan dan risiko debit banjir yang diproyeksikan, yang terkait
dengan masa manfaat bangunan menurut rumus berikut:
r = 1-(1-p)Ly
p = 1/T
Informasi:
T = ulang tahun dalam tahun
Ly = masa layan gedung dalam tahun r = risiko banjir p =
kemungkinan
1.3.2.3. Kriteria perencanaan hidrologi
Kriteria perencanaan hidrologi adalah sebagai berikut:
1) Rencana hujan:
Itu. Perkiraan rencana curah hujan dibuat dengan menganalisis data frekuensi curah hujan
rata-rata harian maksimum tahunan, dengan periode pengamatan minimal 10
tahun lalu dengan sekurang-kurangnya 1 (satu) pos pengamatan.
B. Jika terdapat lebih dari 1 (satu) stasiun di wilayah prefektur
pengamatan dan kemudian menghitung rata-rata curah hujan harian maksimum tahunan
dapat ditentukan dengan tiga metode umum, yaitu: (i) metode
Aritmatika, (ii) metode poligonal Thiessen dan (iii) metode Ihsohyet. pilih tiga
metode tergantung pada jumlah dan susunan stasiun air hujan yang ada, serta
karakteristik cekungan.
w. Analisis frekuensi curah hujan untuk menghitung curah hujan yang direncanakan
berbagai payback period (1, 2, 5, 10, 25 dan 50 tahun), dapat dilakukan dengan menggunakan
Metode Gumbel, logaritma normal (LN) atau logaritma Pearsonov tipe III (LN3).
D. Metode kurva massa ganda umumnya digunakan untuk memverifikasi data curah hujan.
analisis statistik untuk menguji nilai rata-rata.
Dia. Perhitungan intensitas curah hujan ditinjau dengan menggunakan metode Mononobe atau
sesuai.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
1) Rumus intensitas presipitasi digunakan dalam persamaan
Mononobi, nama:
Dia:
I = intensitas curah hujan dalam mm/jam.
R24 = curah hujan harian maksimum tahunan untuk periode ulang tahun
(mm).
tC = waktu konsentrasi dalam jam.
2) Debit banjir yang direncanakan:
Itu. Keluaran banjir dari rencana drainase dihitung dengan menggunakan metode rasional, metode rasional
hidrograf yang dimodifikasi dan/atau tipikal untuk daerah perkotaan atau metode lain yang sesuai
dengan karakteristik DPSal dan data yang tersedia.
B. Koefisien limpasan (runoff) ditentukan berdasarkan tujuan daerah tangkapan air.
w. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk limpasan permukaan air
agar diperoleh debit maksimum dari titik saluran yang terjauh dari titik tersebut
diperiksa. Waktu konsentrasi dihitung dengan Kirpich atau rumus lainnya.
D. Saluran primer di kota-kota dengan kemiringan dasar saluran yang berbeda
berbeda, maka perhitungan kemiringan ekivalen, kemiringan ekivalen, S3 digunakan rumus
kemiringan ekuivalen S3, seperti pada Gambar 1.
Dia. Kemiringan saluran yang lebih rendah (S) dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
(1) Kelompok pertama adalah kemiringan saluran yang diperoleh dari elevasi dasar
saluran tertinggi (elevasi maksimum) dan bagian bawah saluran tertinggi
rendah (elevasi minimum) disebut kemiringan dasar saluran (gradien saluran)
S1.
(2) Kelompok kedua adalah kemiringan saluran di atas (A1) sama
luas di bagian bawah (A2), kemiringannya disebut kemiringan konstan
(kemiringan konstan) S2; lihat gambar 1.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
Gambar 1. Kemiringan ekivalen dasar saluran
(3) Kelompok ketiga adalah kemiringan saluran yang diperoleh dari resultan
kemiringan saluran masing-masing subcatchment (panjang subcatchment),
Kemiringan dasar saluran ini disebut kemiringan dasar ekivalen saluran.
(kemiringan ekuivalen), S3, yang dinyatakan dengan persamaan matematika sebagai
mengikuti:
Dia:
S3 = kemiringan dasar saluran ekivalen (equivalent slope).
Li = panjang saluran di setiap sub-DPS/DPSal.
n = jumlah sub-DPS/DPSal
Si = kemiringan saluran yang lebih rendah untuk setiap sub-DPS/DPSal.
f) Jangka waktu pengembalian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(1) Jangka waktu pengembalian yang digunakan didasarkan pada luas DAS dan tipe kota
di mana sistem drainase akan direncanakan, sesuai dengan tabel 1.
(2) Untuk bangunan tambahan, istilah kembali yang sama digunakan untuk sistem saluran masuk
di mana lampiran ini berada ditambah debit air 10%.
(3) Perhitungan jumlah curah hujan berdasarkan data hidrologi paling sedikit 10 tahun terakhir
(mengacu pada prosedur untuk menganalisis drainase air hujan).
Tabel 1
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
Sekali lagi berdasarkan tipologi kota
TIPOLOGI KOTA
Daerah Tangkapan Air (Ha)
< 10
10 – 100
101 – 500 (visi, profesional).
> 500
Kota Metropolitan 2 Kamis 2 - 5 Kamis 5 - 10 Kamis 10 - 25 Kamis
Kota Besar 2º 2 – 5º 2 – 5º 5 – 20º
Kota Sedang 2 Februari hingga 5 Februari hingga 5 Maret hingga 10 Maret
Kota Kecil 2 Senin Senin 2 Feb s/d 5 Maret
g) Menyusun kurva drainase IDF untuk kota yang bersangkutan untuk periode ulang 2, 5, 10 dan
20 tahun.
h) Saluran Daerah Aliran Sungai (DPSal) dengan sub-DPSal, dan masing-masing sub-DPSal
memiliki koefisien aliran yang berbeda, sehingga perhitungan koefisien aliran
ekuivalen (Ceq) menggunakan rumus koefisien aliran ekuivalen (Ceq).
1.3.2.4. Kriteria perencanaan hidrolik
Kriteria perencanaan hidrolik ditentukan sebagai berikut:
1) Bentuk saluran drainase umumnya: trapesium, persegi panjang, bulat, setengah lingkaran dan
segitiga atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut.
2) Kecepatan rata-rata saluran dihitung menurut rumus Chezy, Manning atau Strickler.
3) Bila terdapat nilai kekasaran dinding pada bagian eksisting saluran atau
Koefisien Manning berbeda satu sama lain, sehingga dicari nilai kekasaran yang setara.
(neq).
4) Aliran kritis, subkritis dan superkritis dinyatakan dengan bilangan Froude. aliran kritis ketika
Bilangan Froude, Fr=1; aliran subkritis ketika bilangan Froude, Fr1.
1.3.2.5. KRITERIA PERENCANAAN STRUKTUR
Perlu dicatat bahwa dinding penahan batu hanya dapat digunakan untuk
tidak terlalu tinggi (
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
yang paling ekonomis. Proses perencanaan dilakukan berdasarkan analisis
gaya yang bekerja pada retensi tanah. Dinding juga harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tidak ada tegangan tarik pada setiap titik di dinding untuk kondisi apapun
Memuat.
Setiap bagian horizontal dinding akan menerima gaya berikut:
• Gaya vertikal akibat berat sendiri dinding penyangga.
• Gaya eksternal yang bekerja pada dinding penahan tanah.
• Gaya akibat tekanan tanah aktif.
• Kekuatan akibat tekanan tanah pasif.
2) Diperlukan analisis
Saat merencanakan dinding penahan, perlu dilakukan beberapa analisis:
• Analisis stabilitas rollover.
• Analisis kekuatan geser.
• Analisa daya dukung tanah pada dasar dinding penahan tanah.
1.3.2.6. KRITERIA BIAYA KONSTRUKSI DAN PEMELIHARAAN
Kriteria biaya konstruksi dan pemeliharaan meliputi:
1) Biaya konstruksi
• Biaya investasi untuk pembangunan saluran drainase dan bangunan tambahan yang sesuai
kebutuhan dan peluang negara.
• Harga satuan pekerjaan sudah termasuk harga satuan upah sesuai dengan peraturan yang berlaku
Administrasi Lokal.
• Prioritas pembangunan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan dalam rencana induk
drainase.
2) Biaya pemeliharaan
• Pembersihan kanal secara berkala dan pemeliharaan bangunan tambahan sesuai dengan
aturan pemeliharaan yang berlaku.
• Pemeliharaan saluran drainase dengan debit dihitung dari fase
perencanaan awal dan debit minimal untuk mencoba mencuci saluran itu
di atau dekat kota.
• Pemerintah Daerah Kabupaten membuat peraturan tentang garis sempadan saluran yang menjadi batasnya
diatur sesuai dengan jenis saluran.
• Saluran drainase dilengkapi dengan inspection chute yang berfungsi ganda yaitu lateral
berfungsi sebagai jalan inspeksi pemeliharaan dapat juga berfungsi sebagai jalan
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
akses, jalan lokal, jalan sekunder atau jalan utama yang merupakan bagian dari jaringan jalan
di kota.
• Saluran drainase di kota metropolitan atau kota besar harus dilapisi dengan pasangan
batu sungai atau beton bertulang untuk mencegah perampasan tanah akibat urbanisasi dan
juga untuk menghindari longsoran akibat tekanan kendaraan dan lain-lain.
1.3.2.7. KRITERIA EKONOMI
Investasi yang digunakan dalam pembangunan jaringan drainase dan bangunan penunjang
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, termasuk peningkatan kesehatan
publik. Namun keuntungan berinvestasi di sektor ini tidak langsung dapat diukur dengan uang.
masyarakat dapat langsung merasakan, termasuk kesehatan, tanpa mengganggu arus lalu lintas
dan aktivitas masyarakat tidak terganggu.
Kriteria ekonomi antara lain adalah sebagai berikut:
1) Berbagai jenis kriteria investasi (Investment Criteria) terkait dengan dokumen ini
Dia:
• Nilai sekarang bersih dari aliran manfaat dan biaya (NPV).
• Tingkat pengembalian internal (IRR).
• Rasio manfaat/biaya bersih (B/C bersih).
2) Manfaat dan biaya proyek:
• Analisis pribadi/analisis keuangan, harga digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya
mercado.
• Analisis sosial/ekonomi untuk menghitung manfaat dan biaya penggunaan naungan
harga.
• Standar dalam analisis sosial/ekonomi adalah segala sesuatu yang menambah kebaikan
konsumsi atau yang secara langsung atau tidak langsung meningkatkan
Pengeluaran terkait proyek diklasifikasikan sebagai manfaat
secara langsung atau tidak langsung mengurangi pasokan barang konsumsi
berhubungan langsung dengan proyek diklasifikasikan sebagai biaya proyek.
3) Harga saat ini:
• Biaya yang termasuk dampak inflasi.
• Harga sebenarnya terjadi pada proyek masa lalu atau masa depan.
• Untuk perhitungan analisis keuangan dasar.
4) Harga tetap:
• Tidak mempertimbangkan dampak inflasi.
• Untuk perhitungan analisis ekonomi dasar.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
5) Manfaat nyata dapat diukur dengan uang: peningkatan produksi, pengurangan biaya transportasi dan
itd.
6) Manfaat yang tidak berwujud tidak dapat dinilai dengan uang: peningkatan gizi, rasa aman dari banjir,
ada jaminan penghasilan dan sebagainya.
1.3.2.8. PARAMETER UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS PENGELOLAAN BANJIR
Parameter untuk memprioritaskan perawatan meliputi yang berikut:
1) Parameter banjir meliputi tinggi banjir, luas banjir, frekuensi banjir di a
tahun dan durasi banjir. Kriteria parameter banjir ditunjukkan pada Tabel 2.
2) Parameter ekonomi, perhitungan perkiraan kerugian pada instalasi ekonomi yang ada, seperti:
kawasan industri, lembaga umum, dinas sosial, perkantoran, perumahan, kawasan pertanian dan pertamanan.
Kriteria kerugian/kerusakan ekonomi disajikan pada Tabel 3.
3) Parameter gangguan sosial dan fasilitas negara, seperti: kesehatan masyarakat, kerusuhan
kerusakan sosial-lingkungan dan kerusakan fasilitas negara.
Kriteria pelecehan sosial dan lembaga negara menurut tabel 4.
4) Parameter kerugian dan gangguan dalam transportasi. Kriteria kerugian transportasi dan gangguan
seperti pada Tabel 5.
5) Parameter kerugian pada kawasan pemukiman, kriterianya seperti pada tabel 6.
6) Parameter hilangnya hak milik pribadi/keluarga, kriterianya seperti pada tabel 7.
Tabel 2. Kriteria parameter banjir
TIDAK. Parameter Nilai banjir Nilai persentase
1 alto
kolam:
> 0,50 m
- 0,30m - 0,50m
- 0,20 m - < 0,30 m
- 0,10 m - < 0,20 m
- < 0,10m
35
100
75
50
25
2 Daerah banjir
-> 8 hektar
- 4 – 8 hektar
- 2 - < 4 ha
- 1 - < 2ha
- < 1 ha
25
100
75
50
25
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
3 Durasi banjir
> 8 molase
4 – 8 molase
2-
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
Tabel 4. Kriteria gangguan sosial dan lembaga negara
TIDAK. Efek parameter/nilai kerugian
1
2
3
4
jika genangan/banjir terjadi di daerah ini
banyak layanan dan konten sosial
institusi negara
jika terjadi genangan/banjir di daerah yang
sedikit konten dan konten sosial yang bermanfaat
pemerintah
jika genangan air/banjir mempengaruhi atau
terjadi pada ruang-ruang yang melayani fasilitas sosial
dan lembaga negara yang terbatas
jika tidak ada konten dan konten sosial
pemerintah
Tinggi
Sekarang
Mali
Sangat kecil
100
65
30
Tabel 5. Kriteria kerugian dan gangguan transportasi
TIDAK. Efek parameter/nilai kerugian
1
2
3
4
jika terjadi genangan/banjir di area jaringan
pengiriman mantap
jika terjadi genangan/banjir di area jaringan
pengiriman kurang terbebani
jika genangan air/banjir mempengaruhi atau terjadi di
daerah dengan jaringan lalu lintas terbatas
jika tidak ada jaringan jalan
Tinggi
Sekarang
Mali
Sangat kecil
100
65
30
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
Tabel 6. Kriteria kerugian di kawasan pemukiman
TIDAK. Efek parameter/nilai kerugian
1
2
3
4
jika terjadi genangan air/banjir
perumahan yang sangat padat
jika terjadi genangan air/banjir
perumahan yang kurang padat
jika genangan air/banjir mempengaruhi atau terjadi di
daerah yang hanya ada di beberapa
Gedung apartemen
jika ada perumahan di daerah banjir/banjir
Tinggi
Sekarang
Mali
Sangat kecil
100
65
30
Tabel 7. Kriteria hilangnya hak milik pribadi
TIDAK. Efek parameter/nilai kerugian
1
2
3
4
jika kerugian melebihi 80% dari nilai properti pribadi jika
kerugian 80% dari nilai harta pribadi jika kerugiannya kurang
40% milik pribadi
tidak ada kehilangan harta pribadi
Tinggi
Sekarang
Mali
Sangat kecil
100
65
30
Total nilai dari enam kriteria yang tercantum di atas berkisar antara 0 sampai dengan 600. Skor tertinggi
adalah area dengan prioritas tertinggi, semakin rendah nilainya, semakin rendah
prioritas.
1.3.2.9. TAHAP PERENCANAAN DRAINASE
Langkah-langkah perencanaan drainase meliputi hal-hal berikut:
1) Pengembangan Rencana Induk.
2) Studi kelayakan.
3) Proyek Detailing/Eksekusi.
1) Pengembangan Rencana Induk
Langkah-langkah dalam membuat rencana induk meliputi:
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
(1). Topografi, pengumpulan data hidrologi, misalnya foto udara skala 1:25.000, peta topografi
skala 1:10.000 s/d 50.000.
(dua). Hidrologi, pendataan lapangan tentang banjir, genangan air. mengunjungi dan
periksa lokasi pengukuran banjir dan curah hujan.
frekuensi banjir, penilaian sedimen, limpasan air hujan dan erosi.
(3). Hidraulik, mengasumsikan hidraulik dasar umum, misalnya rencana dimensi saluran,
kapasitas saluran yang ada dan dimensi bangunan tambahan.
(4). Geoteknik dan mekanika tanah, studi peta geologi regional. Penilaian
parameter perencanaan geoteknik, evaluasi ketersediaan awal bahan konstruksi.
(5). Rekayasa, perencanaan kasar dengan sketsa tata letak dan deskripsi
Bekerja pada skala 1:25.000 dan penilaian perkiraan stabilitas lampiran.
(6). Aspek multisektor, sinergi dengan tata ruang dan tata wilayah, sinergi dengan rencana
modal, sinergi dengan kebijakan pemerintah daerah dan pengendalian dampak lingkungan.
(7). Produk akhir, desain dasar (basic design), isi laporan, rencana induk, arah tata letak saluran,
alternatif lokasi bangunan pelengkap, modul drainase rudimenter, luas lahan basah dan
dikeringkan, program implementasi, skala prioritas, estimasi biaya, kelayakan
sosial, ekonomi dan teknis.
(8). Tingkat presisi teknis dan ekonomis 60% 70%.
2) Studi kelayakan
Langkah-langkah studi kelayakan meliputi:
(1). Topografi, pengumpulan data hidrologi, misalnya foto udara atau peta skala 1:10.000
Topografi skala 1:5000, peta lokasi bangunan utama atau bangunan besar.
(dua). Hidrologi, pendataan lapangan tentang banjir, genangan air. mengunjungi dan
periksa lokasi pengukuran banjir dan curah hujan.
frekuensi banjir, penilaian sedimen, limpasan air hujan dan erosi.
(3). Hidraulik, analisis hidraulik awal saluran, analisis hidraulik instalasi
Perkenalan.
(4). Geoteknik dan mekanika tanah, penyelidikan lokasi bangunan pelengkap dengan
pengeboran, pengambilan sampel tanah di berbagai tempat sebagai sampel melalui
melacak saluran dan lokasi bangunan dan penelitian bahan bangunan yang akan
digunakan, lokasi, kualitas pekerjaan dan volume. Melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap contoh tanah
dipilih untuk mengetahui sifat tanah.
(5). Rekayasa, penjabaran rencana konseptual untuk tata letak saluran dan fasilitas, jenis
bangunan bantu dan perencanaannya, pengantar analisis stabilitas
bangunan pemantauan dan analisis awal kapasitas kanal, bangunan
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
tambahan. Periksa keselarasan saluran dan tinggi saluran setiap 500 m, buat detailnya
lingkup pekerjaan dan biaya awal.
(6). Aspek multisektor, sinergi dengan tata ruang dan tata wilayah, sinergi dengan rencana
modal, sinergi dengan kebijakan pemerintah daerah dan pengendalian dampak lingkungan
serta mengidentifikasi komponen drainase dengan sektor lain.
(7). Produk akhir, desain konsep, modul drainase terperinci,
periksa kembali area yang tergenang dan area yang akan dikeringkan, jadwalkan
kanal maju dan bangunan pelengkap skala 1:25.000 dan 1:5.000, gambar dari
jenis bangunan tambahan, pembagian biaya (BOQ), kelayakan sosial dan ekonomi,
laporan teknis, BCR, IRR, NPV dan EIA.
(8). Tingkat akurasi untuk teknis dan ekonomis 75% 90%.
3) Proyek Detailing/Eksekusi
Langkah-langkah perencanaan detail engineering/Detail Design meliputi:
(1) Topografi, kumpulan peta topografi skala 1:2000, peta potongan memanjang dan
skala penampang 1:100 sampai 1:200.
(2) Hidrologi, perhitungan akhir laporan perencanaan, analisis debit banjir masing-masing
bagian saluran.
(3) Hidrolik, analisis detail akhir hidrolika, analisis kestabilan saluran dan
untuk menganalisis bangunan tambahan secara rinci.
(4) Geoteknik dan mekanika tanah, penyelidikan geoteknik rinci dengan pemboran sampai
bangunan pelengkap, perhitungan parameter perencanaan geoteknik, perhitungan akhir
untuk laporan perencanaan.
(5) Rekayasa: uji model untuk dependensi jika diperlukan; review dan modifikasi
perencanaan awal menjadi perencanaan rinci; analisis rinci stabilitas, geser,
terbalik, runtuh, erosi alang-alang; perencanaan rinci saluran dan setiap struktur tambahan;
rincian ruang lingkup pekerjaan dan perkiraan biaya anggaran; dokumen tender; metode
manual implementasi dan OP.
(6) Aspek multisektoral: kerjasama dengan instansi terkait lainnya: pemerintah daerah, jalan, sumber daya alam. Periksa lagi
arah kanal dan posisi bangunan terhadap sektor lain.
(7) Produk akhir: laporan perencanaan detail, analisis perhitungan perencanaan, gambar
rencana pelaksanaan/aliran, rincian ruang lingkup pekerjaan dan rencana anggaran,
metode dan program pelaksanaan, dokumentasi penawaran dan manual SOP.
(8) Tingkat akurasi untuk teknis dan ekonomis 90% 95%.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
1.3.2.10. MEMBUAT MASTER PLAN
Dalam proses penyusunan master drainase plan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Sistem drainase eksisting (drainase eksisting).
2) Pekerjaan drainase sedang berlangsung (project in progress).
3) Rencana drainase yang ada.
4) Rencana yang ada dan baru yang menangani alur kerja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
5) Proses pengelolaan perencanaan drainase baru untuk metropolis, metropolis besar dan kota besar
yang bernilai strategis harus melalui persiapan:
i) Rencana Induk Drainase,
ii) Studi kelayakan (feasibility study),
iii) Proyek Rekayasa Utama (DED) i
iv) implementasi.
6) Proses penyusunan rencana drainase baru untuk kota menengah dan kecil harus melalui
pengaturan:
j) pesawat-quadro,
ii) detail engineering design (DED) i
iii) implementasi.
7) Rencana kerangka paling sedikit memuat:
• daftar status awal sistem drainase, termasuk daerah banjir;
• pengkajian dan analisis drainase dan konservasi air;
• rencana sistem drainase;
• skala prioritas dan fase pengobatan;
• perencanaan dasar; DAN
• pembiayaan.
8) Bagi kota yang telah memiliki master plan atau framework plan, as
perkembangan kota yang tiba-tiba karena urbanisasi atau alasan lain, lalu sebelumnya
elaborasi masterplan baru atau masterplan baru, perlu dievaluasi secara cermat
rencana induk atau rencana kerangka kerja yang ada sebelum keputusan untuk membuat rencana induk atau
rencana kerangka baru.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
Gambar 2. Proses manipulasi plan lama dan plan baru
(Sumber: Disarikan dari Kementerian Pekerjaan Umum: PANDUAN DAN PROYEK TEKNIS DRAINASE PERKOTAAN
STANDAR, Jakarta, Agustus 1994)
Perencanaan yang ada Perencanaan baru Perencanaan yang ada
Penilaian
Kesesuaian
Penilaian
Rencana Induk Rencana Kepatuhan Kerangka Kerja
rincian proyek
Pendidikan
Kualifikasi
Aplikasi
Tidak tidak
ya ya
kota sedang/kecil
Metropolitan / Kota besar /
kota yang strategis
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
30
1.4. BAGAIMANA BEKERJA
1.4.1. Daftar kondisi awal sistem drainase
Daftar kondisi awal sistem drainase dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1) Pengumpulan data
Adapun data yang dikumpulkan antara lain sebagai berikut:
a) Data spasial meliputi:
• studi terkait.
• data rencana pembangunan kota.
• foto udara atau citra satelit.
• peta topografi.
• Peta penggunaan lahan.
• karta tipa tla.
• peta geologi.
• Peta air tanah (hidrogeologi).
• peta jaringan drainase eksisting dan fasilitasnya.
• Karta Trendova.
• lokasi banjir.
• Peta jaringan infrastruktur bawah tanah (air minum, kabel telekomunikasi, listrik, dll).
• populasi dan kepadatan populasi.
b) Data hidrologi meliputi:
• Daerah drainase sungai atau kanal.
• data dari stasiun cuaca dan/atau stasiun curah hujan.
• aliran data dari sungai dan kanal.
• data banjir (tinggi banjir, kedalaman, durasi banjir, frekuensi kejadian).
• data sumber air.
• data sedimentasi.
• data pasang surut.
• data sarana pemanenan air hujan: genangan air, genangan air, waduk, sumur resapan, biopori,
bioretensi, dll.
c) Data hidrolik dan bangunan bantu, antara lain:
• data dimensi saluran (panjang, lebar, kedalaman, material, tahun pembuatan, kemiringan
saluran dan kapasitas pondasi).
• informasi tentang instalasi: katup, gorong-gorong, gorong-gorong, stasiun pompa (jenis instalasi,
lokasi, tahun pembuatan, dimensi, kapasitas, fungsi, filter limbah).
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
31
• Keadaan badan air (tinggi muka air maksimum, sedimentasi, penyempitan).
d) Data sarana dan prasarana kota lainnya, antara lain:
• Gambar jaringan utilitas eksisting, jaringan listrik, jaringan air PDAM, jaringan telepon,
pipa (jika ada).
• Rancangan rencana pengembangan jaringan dealer tersebut di atas. e) Data lain:
• Harga material dan upah.
• Analisis harga satuan lokal. • Data kerugian banjir.
2) Berdasarkan peta topografi dan keadaan sebenarnya, buatlah peta pembagian sistem dan subsistem drainase.
di daerah.
3) Mengatur luasan daerah aliran sungai (DAS dalam ha), saluran, sungai, menjadi subkawasan
sistem drainase.
4) Hitung panjang saluran (dalam "m") dan nama badan air yang diterimanya dari setiap saluran
ada.
5) Daftar semua komponen sistem drainase, baik saluran maupun fasilitas pendukungnya,
jika data tidak tersedia, ukur dimensi saluran dan/atau bagian saluran serta bangunan lainnya.
6) Periksa medan untuk memastikan kondisi yang ada sesuai dengan data.
7) Catat isu-isu utama yang terjadi di setiap saluran, segmen saluran
dan bangunan lainnya, beserta foto kondisinya.
1.4.2. EVALUASI DAN ANALISIS DRAINASE DAN PENGHEMATAN AIR
Analisis yang dilakukan meliputi hal-hal berikut:
1) Analisis situasi yang ada, yaitu:
Itu. Analisis kapasitas sistem drainase eksisting: kapasitas saluran, ruas saluran dan bangunan
penganut.
b) Bandingkan analisis pada paragraf a) dengan kapasitas (awal) yang diharapkan; jika kapasitas yang ada
lebih besar atau sama dengan kapasitas awal, maka komponen sistem drainase
yang bersangkutan masih aman, jika tidak maka harus dilakukan.
2) Analisis kebutuhan:
Itu. Menentukan rencana saluran menurut topografi dan tata guna lahan dan/atau tata ruang.
Saat menata jaringan saluran drainase, usahakan untuk mengikuti polanya semaksimal mungkin
aliran yang ada dan alami. Kembangkan sistem gravitasi, sistem pompa hanya digunakan saat
Tidak ada alternatif lain.
B. Tetapkan periode pengulangan untuk setiap saluran dan/atau segmen saluran yang sesuai
klasifikasi kota dan urutan saluran.
w. Analisis curah hujan regional dan intensitas curah hujan menurut periode ulang yang dibutuhkan.
D. Hitung hunian yang direncanakan dari setiap saluran dan/atau ruas saluran dengan menggunakan metode yang sama
akibatnya, perhitungan hidrograf banjir untuk sistem pemompaan dan/atau sistem polder perlu dilakukan.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
32
Dia. Analisis perbedaan antara kebutuhan (poin d) dengan kondisi yang ada (bab 3.3, bab 1,
poin a). Jika kapasitas saluran eksisting lebih besar atau sama dengan beban yang direncanakan,
maka saluran yang tersedia dapat digunakan. Ketika saluran yang ada lebih kecil dari rencana,
maka saluran harus memiliki tindakan.
F. Tindakan yang dilakukan selain bertujuan untuk mengurangi utang
menerapkan fasilitas pemanenan air hujan. Jika dengan skill action ini
saluran masih lebih kecil dari debit yang akan terjadi, baru kemudian kapasitasnya bertambah.
3) Analisis solusi
Beberapa solusi atau solusi dibuat dari peta banjir dan satu dipilih
alternatif yang paling efektif dan efisien. Alternatif tersebut digunakan sebagai dasar perencanaan
rincian dan penyusunan program tahunan.
1.4.3. PENDEKATAN KONSTRUKSI SISTEM DRAINASE
Pertumbuhan populasi yang cepat dan kepadatan populasi memberi tekanan pada ruang
dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan industri/jasa dan fasilitas bagi penduduk, yang
kemudian mengubah lahan terbuka dan/atau rawa menjadi lahan terbangun. Perkembangan
kawasan yang dibangun terlalu cepat seringkali tidak terkendali dan tidak lagi sesuai dengan perencanaan tata guna lahan
serta konsep pembangunan berkelanjutan, sehingga banyak daerah dataran rendah
yang semula difungsikan sebagai kolam air sementara (delay bar) dan pantai
Sungai tersebut telah berubah menjadi kawasan pemukiman bagi warga.
Hal tersebut di atas mempengaruhi kecilnya kapasitas drainase dan daya tampung bangunan
serta prasarana pengendalian banjir (sungai, waduk, pompa banjir, pintu air pengendali) hingga
keringkan area yang dibangun dan bawa air ke saluran keluar terakhir, yaitu ke laut. Masalah
hal tersebut di atas memerlukan perbaikan manajemen termasuk bagaimana caranya
perencanaan sistem drainase berkelanjutan, yang terdiri dari pembuatan rencana
sistem drainase utama, studi kelayakan, main engineering design (DED).
1.4.4. RENCANA SISTEM JARINGAN DRAINASE TERMASUK SKEMA JARINGAN DRAINASE
Penyusunan proposal sistem drainase dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Mengatur skema jaringan drainase dan pola aliran dengan sistem alternatif.
Alternatif sistem yang dimaksud adalah beberapa alternatif yang sedang ditangani
masalah banjir di satu tempat. Alternatif yang paling efektif dan efisien dipilih
mengatasi banjir di lokasi tersebut, maupun untuk lokasi banjir lainnya. Jaringan
drainase alternatif dan jaringan drainase lain yang baik yang dapat mengatasi banjir
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
33
di kota agar tidak terjadi banjir pada periode ulang tertentu disebut pola aliran sistem
drainase kota.
2) Mengutamakan subsistem drainase.
Dari pola aliran sistem drainase seperti pada poin 1 di atas ditetapkan prioritas subsistem
berdasarkan kebutuhan daerah.
3) Tentukan konsumsi anggaran (m3/detik) masing-masing saluran.
Laju aliran setiap saluran dihitung selama analisis kebutuhan.
4) Rencanakan bentuk penampang dan struktur pelengkap untuk masing-masing
kanal.
Kami menyarankan Anda menggunakan bagian ekonomi untuk sementara dalam perencanaan ulang atau normalisasi
Bentuk profil lama dengan dimensi berbeda digunakan untuk pekerjaan rehabilitasi.
5) Tentukan luas tanah yang akan dibeli.
Untuk pekerjaan baru, lebar tanah yang dibuka tergantung pada lebar saluran bagian atas, plus
lebar tanggul jika terdapat tanggul ditambah lebar jalan inspeksi pada kedua sisi saluran,
tergantung kebutuhan dan luas lahan yang ditempati, lebar lahan yang dibuka dikalikan panjangnya
saluran. Untuk pekerjaan normalisasi, lebar yang dilepaskan dikurangi dengan lebar tabung atas
ada.
6) Perkirakan biaya biaya tanah.
Jika tanah yang akan dibebaskan diketahui, maka dapat diperoleh harga satuan dengan nilai ganti rugi yang besar.
dievaluasi, biasanya oleh tim yang dibentuk oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
terjadi
1.4.5. SKALA PRIORITAS DAN TAHAP PENGOBATAN
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun skala prioritas dan tahapan pengobatan adalah:
sebagai berikut:
1) Menyusun tabel skala prioritas berdasarkan parameter pada subbab 2.2.8. Menambahkan
nilai semua parameter untuk setiap subsistem drainase atau komponen drainase
Rahasia.
2) Urutkan nilai total masing-masing subsistem drainase atau komponen drainase berdasarkan nilainya
nilai tertinggi hingga terendah. Skor tertinggi memiliki prioritas pertama dan skor terendah
memiliki prioritas terakhir.
3) Menyelenggarakan kegiatan berdasarkan hasil evaluasi poin 2) dalam fase mendesak (5 tahun),
menengah (10 tahun) dan panjang (25 tahun), maka disusun periode pelaksanaannya:
rencana tahunan, jangka pendek 5 tahun, jangka menengah 10 tahun dan jangka panjang 25 tahun.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
34
1.4.6. PERENCANAAN DASAR
Dalam proses penyusunan perencanaan dasar drainase perkotaan, perlu diperhatikan:
1) Sistem drainase eksisting
2) Pekerjaan drainase sedang berlangsung (proyek sedang berlangsung)
3) Rencana drainase yang ada
4) Proses menangani pekerjaan yang ada dan rencana baru
5) Proses manajemen perencanaan drainase baru untuk kota metropolitan, kota besar dan kota kecil
yang bernilai strategis harus melalui penjabaran: i) rencana induk sistem drainase, ii)
penerimaan studi, iii) detail engineering design (DED) dan iv) implementasi
6) Proses penyusunan rencana drainase baru untuk kota menengah dan kecil harus melalui
penyusunan: i) rencana umum, ii)) detail engineering design (DED) dan iii) implementasi
7) Bagi kota-kota yang telah memiliki rencana induk atau rencana kerangka kerja, karena pembangunan perkotaan
bahwa itu sangat dini karena urbanisasi atau alasan lain, jadi sebelum menyusun rencana induk baru
atau kerangka kerja baru, rencana induk atau kerangka kerja yang ada perlu dievaluasi secara hati-hati
mereka ada sebelum keputusan untuk membuat rencana induk atau rencana kerangka baru.
1.4.7. PEMBIAYAAN
Penyusunan proposal biaya meliputi hal-hal berikut:
1) Menghitung nilai biaya produksi yang diperlukan untuk keseluruhan pembangunan atau
Perbaikan sistem drainase yang diusulkan secara bertahap. Harga satuan yang digunakan untuk
biaya pembangunan atau perbaikan sistem drainase harus sesuai dengan Keputusan Walikota
Daerah setempat pada tahun berjalan.
2) Merencanakan sumber pendanaan yang diharapkan. dalam urusan pekerjaan
pembangunan atau perbaikan meliputi sumber dana yang akan ditanamkan,
misalnya sumber dana dari: APBN, APBD, pendanaan luar negeri, pinjaman/pinjaman luar negeri
dan dukungan.
3) Hitung biaya pengoperasian dan pemeliharaan seluruh sistem drainase per tahun. biasanya biaya
operasi dan pemeliharaan diambil 10% dari harga konstruksi.
4) Identifikasi besarnya biaya yang dapat ditanggung oleh masyarakat, swasta atau badan lainnya.
Untuk menentukan biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat, dilakukan diskusi dan
koordinasi dengan pengguna fasilitas yang dibangun oleh pemerintah pusat dan daerah.
Fasilitas apa yang akan mendukung pemeliharaan masyarakat. Koordinasi ini lebih baik
dilakukan pada tahap perencanaan dan dilanjutkan pada tahap pelaksanaan, berikut ini
masyarakat menerima O&M instalasi.
5) Mengusulkan kegiatan untuk meningkatkan sumber pendanaan. Sumber pembiayaan untuk
pembangunan fasilitas drainase biasanya disediakan oleh pemerintah pusat dan daerah,
Pihak swasta siap ikut membiayai pembangunan sarana drainase hanya di daerah
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
35
seperti agen real estat atau pengembang. Mereka membangun fasilitas drainase
memiliki area sendiri dengan izin Manajemen dan mengarahkannya ke objek-objek milik Manajemen di luar lokasi
mereka. Untuk meningkatkan sumber pendanaan untuk instalasi drainase, harus disertakan
pengembang atau agen real estat atau agen lain, swasta dan publik
masalah dengan perangkat drainase.
1.4.8. KELEMBAGAAN
Untuk mendukung pengembangan sistem drainase, langkah-langkah berikut harus diusulkan:
1) Menyerahkan formulir kelembagaan:
Itu. Sarankan lembaga yang berwenang untuk menangani sistem drainase. Pada saat konstruksi
biasanya rencana induk drainase, rencana drainase eksternal atau desain drainase terperinci diusulkan
badan yang akan mengurus operasi dan pemeliharaan drainase. Bergantung kepada
jenis kota dan pemerintah daerahnya, pilih badan atau lembaga mana yang akan bertanggung jawab
tentang pengoperasian dan pemeliharaan drainase dan umumnya pemerintah daerah mengacu pada peraturan pemerintah republik
Indonesia dalam hubungannya dengan pemerintah daerah.
B. Mengusulkan peningkatan peran manajemen organisasi. Sebelum mengusulkan pembaruan
fungsi organisasi pengelola drainase, konsultan terlebih dahulu harus melakukan survei
kepada badan atau layanan yang kompeten yang mengelola drainase dan layanan lain yang ada
hubungan dengan drainase dan juga koordinasi dengan Bappeda setempat
membuat perbandingan dengan pemerintah daerah lain mengenai pengelolaan drainase.
Konsultan harus mempelajari dengan seksama untuk:
• kota metropolitan, apakah perlu membangun layanan baru atau memperkuat layanan yang sudah ada
apakah ada penambahan subservice drainase yang fungsinya khusus menangani drainase.
• apakah kota besar harus membangun layanan baru atau memperkuat layanan yang sudah ada
menambah subservice drainase yang fungsinya justru pengelolaan drainase.
• kota menengah dan kecil tidak perlu mendirikan lembaga baru, cukup memperkuat yang sudah ada
dengan menambahkan subservice drain ke layanan terkait yang sudah ada
mengenai drainase.
w. Mengusulkan jumlah pegawai dan job description untuk masing-masing unit organisasi.
Jumlah karyawan yang diusulkan juga sesuai dengan pertumbuhan organisasi
dengan job description masing-masing anggota tim harus jelas, agar tim dapat bekerja
tugas dengan mantap dan tidak ada dualisme.
D. Ini mengusulkan koordinasi kegiatan pembangunan infrastruktur dan konten perkotaan lainnya. harus ada
koordinasi antara dinas drainase dan dinas lain, mis. dengan
lembaga yang menangani sampah, dengan lembaga yang menangani berkebun dan
keindahan kota dan pelayanan lainnya dalam Koordinasi Pemda yang dipimpin oleh Tim
ditetapkan oleh pemerintah daerah atau Bappeda setempat.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
36
Dia. Mengusulkan koordinasi dengan badan atau badan yang mengelola sungai-sungai yang dilalui
Kota. Koordinasi diperlukan antara badan atau kantor yang mengelola operasi dan
pemeliharaan sungai dengan lembaga yang menangani drainase perkotaan (mis. Balai Besar
Regija rijeke Brantas s Pematus Kota Surabaya).
2) Menyarankan perlunya aspek hukum dan peraturan.
Konsultan diminta untuk membuat rencana induk drainase, mengembangkan rencana drainase atau proyek implementasi
menyarankan perlunya aspek hukum dan peraturan, termasuk:
Itu. Peraturan daerah melarang warga membuang sampah ke selokan
(bila belum) beserta sanksinya.
B. Perda yang mewajibkan warga membangun rumah menghadap ke kanal
drainase dan sanksi.
w. Peraturan bupati atau walikota tentang garis batas dan saluran drainase.
D. Peraturan Bupati atau Walikota tentang sumur resapan dalam pembangunan rumah.
Dia. Peraturan bupati atau prefek tentang poros rembesan dalam konstruksi saluran
pemula.
F. Peraturan Bupati atau Walikota tentang pemasangan tong sampah pada ruas jalan tertentu,
lembaga publik, taman kota, dll.
1.4.9. PENGUATAN MASYARAKAT
Konsultan diperlukan untuk membuat rencana induk drainase, rencana drainase luring atau proyek eksekutif
menyiapkan mekanisme dan meningkatkan partisipasi publik dan swasta dalam hal ini
harus dicantumkan dalam KAK (Kerangka Acuan Kerja), antara lain:
Itu. Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, tokoh masyarakat juga terlibat dalam diskusi
penelitian, agar masyarakat mengetahui rencana pembangunan sistem drainase sejak awal.
B. Dalam pembahasan Laporan Pendahuluan, badan-badan yang terkait dengan masalah drainase i
pemimpin masyarakat setempat untuk mengumpulkan data untuk merencanakan keberhasilan
drainase.
w. Departemen-departemen yang terkait dengan isu dan jumlah drainase dimasukkan dalam pembahasan Laporan Akhir
masyarakat setempat, serta Badan Pertanahan Nasional setempat, Bappeda dan Badan Perencanaan
Kota sehubungan dengan tanah yang terkena dampak pembelian untuk drainase dan masalah lainnya
sebagai input untuk perencanaan drainase yang sukses.
D. Dalam pelaksanaan fisik di lapangan, masyarakat sudah mengetahui rencana jaringan drainase
ini, agar penanaman fisik tidak mengalami kesulitan dalam pembebasan tanah.
Disarankan agar tim pengadaan tanah dibentuk satu tahun sebelum dimulainya pelaksanaan fisik. Tim
dibentuk oleh pemerintah daerah otonom berdasarkan ketentuan yang berlaku, antara lain
tokoh masyarakat setempat sehubungan dengan penetapan harga ganti rugi tanah dan bangunan
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
37
berdasarkan hak milik atas tanah dan bangunan. Kesepakatan tim tentang harga kompensasi
tanah dan bangunan sebagai dasar realisasi fisik perolehan atas tanah tersebut.
Kerangka kerja untuk membuat rencana induk untuk sistem drainase
Struktur untuk membuat Rencana Umum sistem drainase dilakukan sesuai dengan sistem berikut
mengikuti:
1. Perkenalan
1.1 Sejarah
1.2 Tujuan penelitian
1.3 Lingkup studi
1.3.1 Cakupan spasial
1.3.2 Lingkup materi
2. Deskripsi daerah penelitian
2.1 Lokasi
2.2 Kondisi fisik daerah penelitian
2.2.1 Ukuran area pencarian
2.2.2 Topografi dan geologi
2.2.3 Kondisi tanah dan penggunaan lahan
2.2.4 Hidrologi dan hidrogeologi
2.3 Kondisi Sosekbudkesmas
2.3.1 Demografi
2.3.2 Kegiatan ekonomi
2.3.3 Budaya dan adat istiadat
2.3.4 Kesehatan masyarakat
2.4 Kondisi dan permasalahan drainase eksisting
2.4.1 Kondisi sistem drainase eksisting
2.4.2 Masalah Drainase (banjir, sampah, sedimentasi, operasi dan
pemeliharaan, penegakan hukum, dll.)
2.4.3 Identifikasi penyebab banjir
2.5 Prakiraan perkembangan masa depan
2.5.1 Proyeksi Penduduk
2.5.2 Rencana Perencanaan Wilayah
2.5.3 Rencana pembangunan infrastruktur kota
3. Standar dan kriteria perencanaan
3.1 Standar yang digunakan
3.2 Kriteria hidrologi
3.3 Kriteria hidrolik
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
38
3.4 Kriteria Kesehatan
3.6 Kriteria perlindungan lingkungan
3.7 Kriteria sosial ekonomi
4. Analisis dan perencanaan
4.1 Pengumpulan Data
4.2 Daftar sistem drainase dan bangunan tambahan
4.3 Penilaian sistem drainase yang ada
4.3.1 Analisis hidrologi
4.3.2 Analisis Hidrolik
4.3.3 Kesimpulan hasil evaluasi
4.4 Perencanaan sistem drainase
4.4.1 Pembagian sistem, subsistem drainase
4.4.2 Analisis debit kondisi banjir mendatang tanpa fasilitas penampungan air hujan (PAH)
4.4.3 Analisis kondisi debit banjir mendatang dengan fasilitas pemanenan air
Chuva (PAH)
4.4.4 Tata letak sistem drainase dengan optimalisasi sistem drainase eksisting
4.4.5 Analisis biaya (investasi dan OP)
4.5 Tentukan skala prioritas untuk studi lebih lanjut, rencana rinci dan implementasi
4.6 Persiapan rencana implementasi
4.7 Penyusunan SOP
4.8 Persiapan kelembagaan dan kelembagaan.
Bagan alir untuk menyusun prosedur perencanaan untuk membuat rencana induk drainase
Flowchart ini dapat dilihat pada Gambar 3.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
Pengumpulan data dan survei lapangan
pola aliran
Identifikasi masalah dan tinjauan pustaka
data spasial
• DEM/topografska karta/situacijska karta/osnovna karta/snimanje iz zraka
• RTRW/RUTRK • Peta topografi dan perkembangan kota • Sistem drainase dan peta sistem
Jaringan • Data wilayah dan kependudukan • Tata guna lahan • Peta jenis tanah dan peta geologi • Peta air tanah (hidrogeologi) • Jaringan drainase dan peta bangunan
Pelengkap • Peta jaringan infrastruktur bawah tanah • Peta demografis • Peta banjir
Data teknik lainnya
• Data prasarana dan sarana yang ada dan yang direncanakan
• Data kuantitatif banjir/genangan dan permasalahannya
Data non teknis lainnya
• Data pendanaan, data kelembagaan, sosial ekonomi dan budaya serta partisipasi masyarakat
• Harga satuan biaya dan upah serta analisis harga satuan lokal
data hidrolik
• Data tentang kondisi, fungsi, jenis, geometri dan dimensi saluran dan fasilitas pendukung serta fasilitas drainase lainnya
Data hidrologi
• Data curah hujan harian maksimum (minimal 10 tahun)
• Data tinggi muka air, aliran sungai, efek backlash, ketinggian banjir, data pasang surut
Analisis frekuensi curah hujan berdasarkan periode ulang
peringkat saluran ubahsuaian
Distribusi daerah tangkapan air i
Bidang konstitusi
B
D
e
C
Analisis dan perencanaan penggunaan lahan
pembangunan kota
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
Gambar 3. Bagan alur prosedur perencanaan pembuatan master drainase
36
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
A B D E
Calcular Tc
Kirpich / Tc = To + Td
intensitas hujan
• Masti
24 24 24
=
atau koresponden
perhitungan arus
• Analisis banjir/genangan
• Analisis kapasitas
Perhitungan dimensi rencana
C
Area prioritas
analisis nonteknis
• Keuangan dan pembiayaan,
• Sosial ekonomi budaya
• Institusi dan pengaturan
Konsep dan rencana solusi
Rencana aksi dan indikasi program (jangka panjang, jangka menengah dan
pendek)
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
Gambar 3. Bagan alur prosedur perencanaan pembuatan master drainase (lanjutan)
37
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
43
2. PROSEDUR PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN SISTEM DRAINASE
2.1. KETENTUAN
2.1.1. Secara umum
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan studi kelayakan drainase dilakukan berdasarkan zona prioritas yang telah ditetapkan
dalam Master Plan sistem drainase.
2) Biaya atau pengeluaran adalah semua barang dan jasa yang mengurangi penghasilan bersih para pihak
anggota keluarga (peserta proyek).
3) Berbagai biaya dalam ekonomi proyek.
(1) Biaya investasi: biaya modal yang diperlukan untuk melaksanakan proyek.
(2) Biaya tetap (fixed cost): atau biaya overhead adalah biaya yang tidak terpengaruh keberadaannya
kegiatan (misalnya gaji).
(3) Biaya variabel (variable cost): biaya yang berhubungan langsung dengan aktivitas.
(4) Biaya tambahan: biaya yang timbul dari peningkatan produksi suatu produk
produk, juga dikenal sebagai biaya marjinal.
(5) Biaya hangus (sunk cost): biaya yang terjadi di masa lalu sebelum kepastian
implementasi proyek.
(6) Biaya peluang: biaya yang timbul dari penggunaan sumber daya
sumber daya karena terbatasnya kesempatan.
4) Benefit atau manfaat adalah peningkatan penerimaan barang atau jasa yang meningkat
laba bersih dari pihak berelasi.
5) Ada dua jenis manfaat, yaitu:
(1) Manfaat langsung atau manfaat langsung, yaitu manfaat yang langsung direalisasikan sesuai dengan haknya
tujuan investasi.
(2) Manfaat tidak langsung atau manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang bersifat pengaruh
proyek investasi.
6) Bunga atau bunga adalah uang yang wajib dibayar oleh Peminjam (Peminjam).
Pinjaman (pinjaman) untuk menggunakan uang pinjaman.
7) Suku bunga atau interest adalah perbandingan antara jumlah bunga dengan jumlah uang
dipinjam untuk periode yang sama, misalnya, selama satu tahun.
8) Ada dua jenis bunga yaitu.
(i) bunga sederhana atau bunga sederhana: bunga sebanding dengan jumlahnya
uang yang dipinjam, suku bunga dan total pinjaman, i
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN]
2016
44
(ii) bunga majemuk/bunga majemuk: suku bunga untuk a
periode dibebankan pada jumlah pinjaman yang masih harus dibayar dan bunga dari saat awal
untuk meminjamkan. Istilah yang lebih populer adalah mekarnya bunga.
Rumus bunga sederhana:
9) Persetujuan rencana teknis oleh penanggung jawab yang ditunjuk oleh instansi
berwenang untuk menggunakan data terbaru.
2.1.2. SECARA TEKNIS
2.1.2.1. PERENCANAAN TEKNIS
Proses penyusunan rencana teknis sistem drainase memuat ketentuan umum i
data teknis berupa informasi, pengukuran, deskripsi, survey tanah dan kriteria
perencanaan, serta pembuatan rencana teknik untuk sistem drainase di perkotaan.
2.1.2.2. VIABILITAS TEKNIS
Kelayakan teknis drainase meliputi:
1) Perhitungan hidrologi dilakukan untuk mendapatkan beban yang direncanakan dan perhitungan hidrolik untuk
memperoleh dimensi saluran dengan memperhatikan ketentuan:
a) Tinggi jam adalah tinggi diukur dari muka air tertinggi sampai
permukaan tanggul kanal atau permukaan tanah.
b) Aliran maksimum bangunan melintang (aqueducts) dihitung pada 1,1 sampai 1,5
kali laju aliran maksimum saluran.
MODUL - 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE BERKELANJUTAN
2016
45
c) Kecepatan tertinggi ditentukan oleh kekasaran dinding dan dasar saluran. untuk saluran
tanah V = 0,7 m/s, dinding batu V = 2 m/s dan dinding beton V = 3 m/s.
Kecepatan saluran maksimum dan minimum juga ditentukan oleh kemiringan tepi saluran.
d) Kecepatan minimum yang diperbolehkan adalah kecepatan minimum yang mungkin
mencegah sedimentasi dan tidak menyebabkan perkembangan tanaman air.
e) Bentuk saluran drainase umumnya: trapesium, persegi panjang, bulat, setengah lingkaran dan
segitiga atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut.
f) Kecepatan rata-rata saluran dihitung dengan rumus Manning, Strickler atau Chezy.
g) Bila terdapat nilai kekasaran dinding atau koefisien Manning pada saluran eksisting
yang berbeda satu sama lain, dicari nilai kekasaran dinding yang setara (neq).
h) Hutang rencana drainase dihitung dengan menggunakan metode rasional yang dimodifikasi dan resp.
hidrograf tipikal untuk ed
MODUL PRINSIP DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN DRAINASE ... · MODUL – 1 PRINSIP DAN PERMASALAHAN DRAINASE JALAN YANG BERKELANJUTAN] 2016 1. KONSEP PENDEKATAN PEMBANGUNAN - [dokumen PDF] (2023)
References
Top Articles
The 4 Ps of marketing: what they are and how to use them
Phoenix Suns trade rumours, speculation ahead of NBA trade deadline: Chris Paul on the market?
What To Do After A Minor Car Accident - Injury Experts
Bitcoin in India: Live INR price, best exchanges, taxes and history
Six main reasons why platelet-rich plasma injections fail
A growing shortage of psychiatrists and a huge demand for mental health care
zawstydzony - tłumaczenie słowa - słownik angielsko-polski Ling.pl
Latest Posts
Biasakan diri Anda dengan perencanaan konstruksi jembatan
Calculator notes for estimating final pension amount | Estimate the final amount of your pension | calculators
Payment and Terms of Service
Hari Ini Dalam Sejarah: Tragedi Runtuhnya Jembatan Kartanegara, 23 Orang Meninggal dan 13 Hilang Semua Halaman - Kompas.com
Updates | Forms | Resources
Article information
Author: Errol Quitzon
Last Updated: 06/09/2023
Views: 6548
Rating: 4.9 / 5 (59 voted)
Reviews: 90% of readers found this page helpful
Author information
Name: Errol Quitzon
Birthday: 1993-04-02
Address: 70604 Haley Lane, Port Weldonside, TN 99233-0942
Phone: +9665282866296
Job: Product Retail Agent
Hobby: Computer programming, Horseback riding, Hooping, Dance, Ice skating, Backpacking, Rafting
Introduction: My name is Errol Quitzon, I am a fair, cute, fancy, clean, attractive, sparkling, kind person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.